Selasa, 10 Maret 2009

KARYA TULIS ILMIAH HASIL CLASSROOM ACTION RESEARCH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan dengan maksud agar proses belajar seseorang atau sekelompok orang dapat berlangsung. Untuk itu, maka seorang guru harus mengusahakan untuk dapat menciptakan lingkungan atau kondisi yang kondusif agar kegiatan belajar dapat mencaBahasa Inggris tujuan yang efektif dan efisien. Pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa, itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencaBahasa Inggris tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada ”bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada ”apa yang dipelajari siswa”.
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan melaksanakan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan untuk mencaBahasa Inggris tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Menurut (Hamalik, 1995) tujuan pembelajaran merupakan tujuan yang hendak dicaBahasa Inggris setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran. Sedangkan menurut (Setyosari, 2001) proses pembelajaran merupakan penyamBahasa Inggrisan berbagai informasi dan aktivitas yang diarahkan untuk memudahkan pencaBahasa Inggrisan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka proses pembelajaran secara formal di sekolah terjadi apabila siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Lingkungan belajar dalam hal ini meliputi berbagai komponen penting yang secara sistematik berpengaruh terhadap keberhasilan atau pencaBahasa Inggrisan tujuan yang telah ditetapkan.
Komponen pembelajaran yang dimaksud antara lain tujuan pembelajaran, kondisi awal, materi pembelajaran, sumber belajar, prosedur didaktik (metode), dan penilaian pembelajaran (Winkel, 1987). Berbagai komponen tersebut hendaknya terintegrasi secara sinergik guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penciptaan efek sinergis dari berbagai komponen tersebut memiliki sisi teknis yang harus diperhatikan guru sebagai pengelola pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran Bahasa Inggris di SMAN I Dongko Trenggalek dapat berlangsung dengan efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dengan objek, peristiwa, situasi, dan kondisi kehidupan melalui sumber belajar. Dalam hal ini, metode pembelajaran sebagai salah satu sumber yang harus digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Metode pembelajaran yang dipandang efektif dalam mengembangkan proses berpikir belum digunakan di SMAN I Dongko Trenggalek, sehingga suasana belajar kaku, terpusat satu arah, dan kurang memberi kesempatan bagi peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh (Purwendarti, 1994) bahwa metode mengajar yang sering digunakan dalam pembelajaran BAHASA INGGRIS adalah ceramah, tanya jawab, dan sangat jarang dipilihnya pembelajaran kooperatif sebagai alternatif model pembelajaran. Jadi metode mengajar yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMAN I Dongko Trenggalek belum sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk menerapkan CTL (Contektual Teaching and Learning).
Proses pembelajaran Bahasa Inggris di SLTA dapat berlangsung efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dengan objek, peristiwa, situasi, dan kondisi kehidupan melalui sumber belajar. Metode ceramah kurang berarti, karena kurang menyentuh kehidupan nyata bagi peserta didik. Di samping itu, guru kurang mengoptimalkan penggunaan metode yang bervariasi, sehingga kurang membangkitkan daya tarik siswa pada pembelajaran Bahasa Inggris dan menjadikan siswa kurang aktif. Metode pembelajaran yang bervariasi sebagai salah satu sumber belajar seharusnya digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMAN I Dongko Trenggalek Metode pembelajaran semacam itu akan lebih nampak jelas variatifnya dalam suatu model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pelajaran Bahasa Inggris adalah pembelajaran kooperatif model Cooperatif Integrated Reading and Composition (kooperatif terpadu membaca dan menulis atau CIRC).
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Dongko Trenggalek merupakan salah satu sekolah yang bernaung dibawah Depdiknas Trenggalek. Hasil pengamatan pada awal Januari 2008 pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris di SMAN I Dongko Trenggalek pada umumnya kurang efektif, bila dilihat dari segi proses pembelajaran. Hal ini disebabkan proses pembelajaran Bahasa Inggris disajikan oleh guru menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional (secara klasikal) dan selalu menggunakan metode ceramah, sehingga tampak bahwa proses pembelajaran tak lebih dari sekedar pengalihan informasi. Model pembelajaran yang dipandang efektif dalam mengembangkan proses berpikir belum banyak digunakan. Suasana belajar kaku dan terpusat pada satu arah, sehingga kurang memberikan kesempatan bagi peserta didik lebih aktif dalam belajar. Siswa cenderung diam dan tidak banyak aktifitas bahkan cenderung siswa banyak yang mengantuk dan kurang memperhatikan.
Selama ini para siswa SMAN I Dongko Trenggalek kurang berminat pada mata pelajaran Bahasa Inggris diduga karena beberapa faktor, antara lain: (1) kurang menarik, karena hanya berupa pengetahuan konsep, prinsip, atau prosedur yang aktual baginya sehingga miskin bahasa, (2) guru dalam memilih strategi kurang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Bahasa Inggris dan karakteristik belajar siswa SMAN I Dongko Trenggalek. Pemilihan strategi pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model CIRC diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di sekolah tersebut.
Berdasarkan beberapa hasil temuan tersebut peneliti sangat tertarik untuk menggunakan pembelajaran kooperatif model CIRC yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas siswa mencakup aktivitas mental dan fisik. Aktivitas mental antara lain kecakapan dalam memecahkan masalah sosial dan menemukan alternatif pemecahannya dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Sedangkan aktivitas fisiknya yaitu siswa terlibat langsung dalam mencari dan menemukan masalah, mendiskusikannya bersama teman kelompoknya, menyusun laporan hasil diskusi dan mengemukakan pendapat tersebut di depan kelas.
Dalam hal ini pembelajaran kooperatif model CIRC yang diduga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, yang dirancang dalam bentuk penelitian tindakan kelas tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model CIRC dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah penerapan pembelajaran kooperatif model CIRC dapat meningkatkan aktivitas belajar Bahasa Inggris pada pokok bahasan Test Fungsional dan Test Monolog siswa kelas X-A SMAN I Dongko Trenggalek?”
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris pada pokok bahasan Test Fungsional dan Test Monolog siswa kelas X-A SMAN I Dongko Trenggalek dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model CIRC.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan, sebagai berikut:
1. Bagi Guru, khususnya guru Bahasa Inggris dan guru pada umumnya, dapat digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini (dalam rangka perbaikan pembelajaran).
2. Bagi Siswa, diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya, sehingga termotivasi untuk selalu membangun pengetahuan yang ada dalam benaknya melalui proses mentalnya dalam belajar menggunakan pembelajaran kooperatif model CIRC.
3. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijaksanaan pembinaan guru di sekolah, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kinerja guru dalam upaya melaksanakan tugas-tugas pembelajaran.
4. Bagi Para Peneliti, diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan pengetahuan dan dapat membandingkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif model yang lain dan kemungkinan penerapannya di sekolah, khususnya di SMA.
E. Definisi operasional
Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah yang menjadi konsep pijakan bagi proses penelitian. Istilah tersebut dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar adalah suatu keadaan yang ditunjukkan oleh siswa secara langsung selama mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris melalui pembelajaran kooperatif model CIRC. Aktivitas dalam penelitian ini meliputi: (1) aktivitas ketika kerja kelompok, aspek yang diamati keseriusan dalam kerjasama, kemampuan memecahkan masalah secara bersama, kemampuan mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok, dan kemampuan menyusun laporan hasil kerja kelompok, dan (2) aktivitas ketika presentasi, aspek yang diamati keaktifan atau keberanian dalam bertanya, keaktifan atau keberanian dalam menjawab, sikap dalam mengikuti kegiatan presentasi, dan keseriusan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar diukur berdasarkan skor aktivitas siswa melalui pengamatan.
2. Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) atau kooperatif terpadu membaca dan menulis merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang melibatkan siswa secara berkelompok 4-5 siswa untuk menganalisis Bahasa Inggris membuat laporan dari suatu wacana atau kliping sesuai dengan topik pembelajaran. Dalam penelitian ini model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) lebih sering disebut dengan pembelajaran kooperatif model CIRC


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah kegiatan belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Kegiatan belajar sebagai kegiatan penting selama hidup manusia, menjadi suatu pengalaman menyenangkan, mengasyikan, merangsang pikiran, mempersatukan dan membebaskan jiwa. Sehingga diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran yang berorientasi pada kepentingan siswa atau siswa sentries . Seperti halnya pendapat Mc Keachie (dalam Depdiknas, 2004) dalam tulisannya yang berjudul ”Student-centered versus instructor-centered Instruction”:
”Dua kutub gaya mengajar ialah ’pengajaran berpusat pada siswa dan pengajaran berpusat pada guru’ disini dia menekakan bahwa perbedaan gaya mengajar dengan perbedaan tekanan. Di satu pihak terdapat gaya yang lebih menekankan pada keaktifan guru dan di pihak lain ada yang menekankan keaktifan siswa dan sebagian besar terletak di antaranya”.

Sedangkan menurut pendapat Rocham, (1985):
”Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”.

Aktivitas belajar siswa mencakup dua aspek yang tidak terpisahkan yakni aktivitas mental (emosional-intelektual-sosial) dan aktivitas motorik (gerak fisik). Kedua aspek tersebut berkaitan satu sama lain, saling mengisi dan menentukan. Aktivitas siswa berjalan dari yang paling rendah samBahasa Inggris yang paling tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya aktivitas belajar tergantung dari stimulus guru dalam memberikan tugas-tugas kepada siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas merupakan hal-hal sebagai berikut.
a. aktivitas merupakan kegiatan yang melibatkan siswa secara langsung tanpa melihat yang menjadi pusat guru atau siswa;
b. aktivitas memusatkan pada dua kutub pengajaran yaitu siswa dan guru;
c. aktivitas merupakan suatu sistem yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik;
d. aktivitas lebih memperhatikan sudut pandang interaksi sosialnya;
e. aktivitas belajar mencakup dua aspek yaitu aspek mental (emosional-intelektual-sosial) dan aspek motorik (gerak fisik);
f. aktivitas belajar siswa ada tiga kategori dari aktivitas belajar rendah Bahasa Inggris aktivitas belajar tinggi.
Djamarah (1992) menjelaskan agak berbeda dari beberapa pendapat yang telah disebutkan diatas, ia mencatat bahwa:
”Aktivitas belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri individu. Perubahan merupakan hal yang penting dialami individu dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang yang melakukan kegiatan pembelajaran dan tidak mengalami perubahan, berarti individu tersebut akan sia-sia dalam melakukan aktivitas. Agar aktivitas belajar siswa meningkat maka, perlu upaya peningkatan aktivitas melalui kegiatan pembelajaran aktif dan kreatif”.

Melalui pendekatan keterampilan proses, siswa melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas untuk memperoleh pengetahuan sendiri sebanyak-banyaknya. Bersamaan dengan berkembangnya pengetahuan, berkembang pula sikap dan nilai. Sehingga ketiga unsur yaitu pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Pengetahuan siswa yang meningkat akan lebih menunjang pengembangan sikap dan nilai serta pengembangan keterampilan proses. Sikap dan nilai yang kian berkembang akan lebih menunjang berkembangnya keterampilan proses dan pengetahuan. Dengan kata lain siswa belajar tentang bagaimana belajar. Ini memberi isyarat bahwa ”keterampilan proses” merupakan ciri utama dari belajar aktif. Lebih popular dengan istilah cara belajar siswa aktif (CBSA). Berpikir, merasa, dan bekerja atau berbuat adalah aktivitas belajar yang menunjang keterampilan proses .
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. aktivitas adalah adanya perubahan yang terjadi dalam diri individu;
b. aktivitas dapat berkembang melalui pendekatan keterampilan, pendekatan keterampilan dapat dikelompokkan menjadi 7 kegiatan atau aktivitas, semakin tinggi aktivitas mental, semakin berbobot aktivitas belajar siswa;
c. aktivitas tercermin dari bagaimana siswa menggunakan dan menyamBahasa Inggriskan suatu gagasan dalam suatu kegiatan diskusi.
Dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran BAHASA INGGRIS, guru dapat memilih strategi penyamBahasa Inggrisan materi yang tepat dan sesuai dengan karakteristik materi serta karakteristik siswa, diantaranya adalah pembelajaran kooperatif model CIRC atau kooperatif terpadu membaca dan menulis. Kerangka berpikir pembelajaran kooperatif model CIRC atau kooperatif terpadu membaca dan menulis ini, menganut bahwa pembelajaran berpusat pada siswa. Maka siswalah yang aktif menstruktur kognitifnya dengan berdasar pengalaman yang diperolehnya. Disinilah aktivitas belajar siswa berkembang. Salah satu indikatornya adalah makin meningkatkan frekuensi aktivitas belajar yang ditujukkan, misalnya adalah frekuensi aktivitas bertanya, frekuensi menjawab pertanyaan, frekuensi memecahkan masalah, kemampuan memperhatikan dan menanggapi pendapat orang lain, dan kemampuan unjuk kerja selama mengikuti pelajaran serta kemampuan untuk presentasi di muka kelas.
Dalam penelitian ini diduga aktivitas siswa tidak hanya dalam menerima informasi tetapi juga dalam memproses informasi tersebut secara aktif dan otak membantu melaksanakan refleksi baik secara eksternal maupun internal. Belajar secara pasif (tidak hidup) karena siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa daya tarik pada hasil. Sedangkan belajar secara aktif siswa dituntut mencari sesuatu, sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara optimal. Aktivitas belajar siswa disusun oleh guru, sehingga dalam pembelajaran ada keseimbangan aktivitas yang dilakukan guru dengan aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model CIRC diharapkan akan terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam: (1) aktivitas kelompok meliputi:(a) keseriusan dalam kerjasama, (b) kemampuan memecahkan masalah secara bersama, (c) kemampuan mempertanggungjawabkan hasil diskusi kelompok, (d) kemampuan menyusun laporan hasil diskusi, dan (2) aktivitas individu meliputi: (a) keaktifan atau keberanian dalam bertanya, (b) keaktifan atau keberanian dalam menjawab, (c) sikap dalam mengikuti kegiatan presentasi, (d) keseriusan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

B. Pembelajaran Cooperatif Integrated Reading and Composition CIRC (Koopertif Terpadu Membaca dan Menulis)
Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencaBahasa Inggris tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (dalam Trianto, 2007) yang menyatakan bahwa setiap model pembelajaran memberi arahan dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencaBahasa Inggris tujuan pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, lebih luas Kasdi dan Nur menjelaskan sebagai berikut:
”Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah: (1) rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta dan pengembangnya, artinya model pembelajaran meliputi suatu pendekatan yang luas dan menyeluruh, (2) landasan pemikiran tentang tujuan pembelajaran yang akan dicaBahasa Inggris artinya model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks dan lingkungan belajarnya, (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil artinya sintak (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertantu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa., dan (4) lingkungan belajarn yang diperlukan agar model pembelajaran dapat tercaBahasa Inggris artinya tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan system pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda”. (Kasdi dan Nur, 2000).

Salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan teori konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika meraka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) mengacu pada metode pembelajaran yang menempatkan siswa bekerjasama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar (Slavin, 1995). Lebih lanjut dikatakan bahwa kebanyakan pembelajaran kooperatif melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri atas 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda. Pembelajaran kooperatif yang dikemukakan Slavin ini berdasarkan pada teori Vygotsky yang berpendapat seperti Piaget yaitu bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa.
Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari suatu pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas secara kolaborasi dengan tingkat kesulitan berkisar pada Zona Of Proximal Development (ZPD) hasilnya akan lebih baik daripada bekerja sendiri-sendiri. Kolaborasi ini dapat dilakukkan dengan teman sebaya (peer collaboration), dan dampak dialog dengan teman sebaya ini adalah terjadinya pertukaran gagasan dengan penuh kerjasama, saling memperoleh kesempatan dan tidak otoriter. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencaBahasa Inggris sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesame manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) atau kooperatif terpadu membaca dan menulis merupakan pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik, dan dalam proses pembelajarannya membangun kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya. Sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) bahwa pembelajaran kooperatif CIRC merupakan sebuah program pemahaman membaca dan menulis pada tingkat atas, tingkat dasar, dan menengah.
Berdasarkan pendapat tersebut berarti pembelajaran kooperatif model CIRC bertujuan memanfaatkan adanya kerjasama dalam kelompok yang membantu siswa untuk belajar secara kooperatif dengan menerapkan kemampuan pemahaman membaca dan menuangkan dalam bentuk laporan atau tulisan.
Pembelajaran kooperatif model CIRC secara aktif melibatkan kecerdasan interpersonal, mengajar siswa untuk dapat bekerjasama yang baik dengan orang lain, mendorong kolaborasi (kerjasama), berkompromi, dan bermusyawarah mencaBahasa Inggris kesepakatan, dan secara umum menyiapkan mereka untuk masuk dalam dunia hubungan personal. Ada beberapa komponen dalam pembelajaran kooperatif antara lain: (1) semua anggota kelompok harus bekerjasama untuk menyelesaikan tugas, (2) kelompok harus heterogen agar ada keseimbangan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah, (3) aktivitas-aktivitas pembelajaran perlu dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa berkontribusi kepada kelompok dan setiap anggota kelompok dapat dinilai atas dasar kinerjanya, dan (4) perlu dijelaskan tujuan pembelajaran agar hasil pembelajaran sesuai dengan tujuannya (Jasmine, 2007).
Selain itu pembelajaran kooperatif juga memiliki arti penting dalam kegiatan pembelajaran antara lain: dunia anak adalah dunia nyata, proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/objek, pembelajaran akan lebih bermakna, memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, memperkuat kemampuan yang diperoleh, dan efesien waktu.

BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini akan diuraikan tentang, tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, definisi operasional dan teknik pengumpulan data.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini mengikuti suatu daur (siklus) yang didalamnya terdapat kegiatan merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan, dan melaksanakan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan.
Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif jenis PTK, maka pelaksanaan penelitian ini menuntut kehadiran tim peneliti yang terdiri dari satu peneliti sebagai observer dan guru bidang studi Bahasa Inggris di lapangan, karena berperan sebagai instrument peneliti dan pemberi tindakan. Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di kelas sangat penting karena sebagai instrument yang utama berperan dalam hal perencanaan kegiatan, pengumpul data, penganalisa data, pelapor hasil penelitian, dan sebagai pelaksana tindakan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka kehadiran peneliti di lapangan adalah menyusun rencana kegiatan, mengumpulkan data, dan melaksanakan wawancara dengan subjek penelitian (siswa). Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti merekam dan mencatat tingkah laku siswa dan semua kegiatan belajar selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Konsep pokok penelitian tindakan kelas Model Kurt Lewin (dalam Rochiati, 2005) terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (Reflecting ). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut.








Diagram 3.1 Hubungan Komponen-komponen PTK
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan atas dasar pemahaman bahwa telah terjadi proses pembelajaran yang kurang efektif. Menurut Elliot (2005) penelitian tindakan kelas dilakukan apabila (1) menghadapi masalah tertentu yang harus segera ditanggulangi, (2) ingin menerapkan sesuatu yang baru/mungkin studi hasil inovasi dan (3) meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif, yaitu dengan cara kerja sama antara guru dan peneliti untuk melakukan penelitian kelas secara bersama di kelas dan atau di sekolah dalam model penelitian tindakan kelas yang kolaboratif. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dan guru terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi, dan membuat analisis dilanjutkan dengan melakukan refleksi. Apabila dari hasil analisis dan refleksi yang dilakukan masih dirasa perlu dilakukan tindakan lebih lanjut maka akan disusunn rencana tindakan berikutnya. Pada penelitian ini, subjek yang melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah guru Bahasa Inggris di SMAN I Dongko Trenggalek.

B. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini di SMAN I Dongko Trenggalek. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2008/ 2009. Pengambilan data dilakukan selama 2 siklus pembelajaran, dimana setiap siklus terdiri atas dua kali tatap muka atau dua kali pertemuan.
Subjek penelitian adalah siswa SMAN I Dongko Trenggalek kelas X-A. Jumlah siswa di kelas adalah 38 orang. Yang teridri dari 16 orang siswa dan 22 orang siswi.

C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas (classroom action research) secara kolaboratif, antara peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa InggrisSMAN I Dongko Trenggalek. Menurut Kemmis & Mc Targgart, pelaksanaan penelitian tindakan kelas mencakup empat langkah, yaitu merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan dan observasi/pengamatan, refleksi hasil pengamatan, dan perubahan/revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya.
Secara operasional prosedur penelitian dapat dibuat gambar sebagai berikut:










Diagram 3.2 Alur Prosedur Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Siklus I
1. Perencanaan Tindakan I
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini memilih materi yang akan dibahas, menyusun rencana pembelajaran, dan LKS.
Pada siklus I pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif model CIRC dengan kerja kelompok dan presentasi hasil kerja. Siklus I dilakukan 1 x pertemuan (2 x 40 menit), pada waktu pertemuan I siswa dibentuk kelompok , diberi bacaan atau wacana dari buku paket Bahasa Inggris .
Peneliti bertindak sebagai observer sekaligus melaksanakan pembelajaran. Selain peneliti terdapat seorang rekan guru yang ikut juga mengamati dan merekam data penelitian. Selama proses pembelajaran, observer melakukan pengamatan dengan mengisi lembar observasi aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran kooperatif model CIRC.
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris, untuk siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan. Proses pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru mengawali membuka pelajaran dengan memberi salam kepada siswa, sementara peneliti menuju tempat yang tersedia. Setelah itu guru mengisi presensi dan jurnal kelas. Kemudian guru mempersiapkan fasilitas segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran. Selanjutnya, guru memberi penjelasan tentang pokok materi pelajaran yang dibahas, selain itu guru juga menjelaskan mengenai tujuan dari pembelajaran tersebut.


2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti ini di awali dengan guru memerintahkan siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok masing-masing yang telah dibentuk minggu yang lalu dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, sehingga kelas terbagi menjadi 9 kelompok. Pada saat ini suasana kelas ramai. Kemudian guru menenangkan kondisi kelas.
Selanjutnya guru memberi penjelasan langkah-langkah yang harus dikerjakan diantaranya semua siswa harus membaca buku bacaan, sedangkan siswa memperhatikan penjelasan guru, suasana kelas. Pada saat ini siswa tampak aktif bekerja, karena semua membaca wacana atau bacaan. Kemudian guru memberi LKS yang harus dikerjakan secara. Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk memberi bimbingan pada kelompok yang belum mengerti. Pada saat ini siswa tampak aktif bekerja, namun tidak semua siswa hanya beberapa siswa yang tampak aktif sedangkan yang lainnya bermain, bergurau, dan bercerita sendiri.
Setelah selesai mengerjakan LKS wakil dari kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Selanjutnya salah satu wakil dari kelompok 1 maju mempresentasikan hasil kerja kelompok, dengan cara menuliskan hasilnya dipapan tulis, kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok 1. Selama kelompok 1 presentasi anggota kelompoknya ikut bertanggung jawab atas tulisan atau hasil kerja yang dipresentasikan. Pada saat kelompok 1 maju kelompok 4 ada yang bertanya apa pengertian lingkungan. Anggota kelompok 1 mencoba menjawab bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar tempat tinggal manusia dan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidup sehingga perlu dicatat. Presentasi kelompok 1 selama 10 menit dilanjutkan oleh kelompok 2 tentang unsur abiotik dengan cara menuliskan hasil kerja kelompok di papan tulis dan kelompok lain menanggapi.
3. Kegiatan Akhir
Guru mengulas kembali materi yang disajikan. Begitu juga dengan arti penting Bahasa Inggris bagi kehidupan. Refleksi materi siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti. Siswa diberi pertanyaan tertulis (tes tertulis) (soal terlampir pada lampiran 6). Tugas untuk minggu depan siswa disuruh membawa kliping tentang flora dan fauna.
3. Observasi Tindakan I
Observasi yang dilakukan pada pembelajaran siklus I menyangkut pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu, apakah kegiatan pembelajaran telah sesuai dengan rencana pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dan guru melakukan pengamatan dan penilaian terhadap siswa. Adapun hasil pengamatan antara lain:
1) Pembagian kelompok masih terlihat adanya perbedaan gender, sehingga terlihat kelompok laki-laki yang lebih kuat.
2) Pada waktu guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran banyak kurang jelas, sehingga banyak siswa yang tidak mengerti.
3) Guru sudah melibatkan siswa dalam kerja kelompok pada kegiatan pembelajaran, namun belum semua siswa terlibat karena masih banyak siswa yang hanya diam saja.
4) Pada waktu kegiatan presentasi tentang materi unsur-unsur lingkungan dan arti penting lingkungan bagi kehidupan, hanya beberapa siswa saja yang berani bertanya maupun menjawab pertanyaan dari kelompok lain, mereka nampak masih malu atau takut bertanya maupun menjawab pertanyaan kelompok lain atau membantu kelompoknya sendiri.
5) Masih ada beberapa anggota kelompok yang tidak mau memperhatikan temannya saat temannya mempresentasikan hasil kerjanya bahkan sambil bermain atau bergurau.
6) Laporan akhir yang dikumpulkan belum lengkap.
7) Penerapan pembelajaran kooperatif model CIRC pada kegiatan awal mencaBahasa Inggris kualifikasi cukup, kegiatan inti guru masih ada yang kurang memberikan pujian dan pengarahan pada waktu presentasi, sedangkan pada kegiatan akhir guru kurang memberikan refleksi.
4. Refleksi Tindakan I
Setelah menemukan permasalahan-permasahan pada saat observasi pelaksanaan tindakan siklus I, maka diambil tindakan sebagai berikut:
1) Pembagian kelompok dilakukan oleh guru dan kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan. Hal bertujuan menghilangkan perbedaan gender.
2) Guru sebaiknya dalam memberi penjelasan yang lebih jelas dan terperinci
3) Sebaiknya mengatur siswa agar semua siswa mendapat kesempatan untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari kelompok lain maupun kelompoknya sendiri.
4) Guru sebaiknya memotivasi siswa agar mau bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok.
5) Sebaiknya guru menegur siswa yang tidak mau mendengarkan temannya saat membacakan hasil kerjanya dan siswa yang bermain sendiri atau bergurau pada saat temannya kerja kelompok.
6) Guru menjelaskan bentuk laporan akhir yang harus dikumpulkan.
7) Guru perlu meningkatkan pelaksanaan pembelajaran terutama pada kegiatan inti dengan memberikan pujian dan pengarahan pada siswa serta memberikan refleksi pada siswa di akhir kegiatan pembelajaran.

B. Siklus II
Pada siklus II pokok bahasan yang digunakan sama dengan siklus I.. Siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan.
a. Perencanaan Tindakan II
Sebelum pelaksanaan tindakan, disusun rencana pembelajaran. Pada siklus ini pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media kliping. Metode pembelajaran yang digunakan kerja kelompok dan tanya jawab.
Dalam kerja kelompok, masing-masing kelompok membahas materi Bahasa Inggris sesuai dengan tema masing-masing kelompok dan tema tiap kelompok btidak sama. Kelompok ditentukan oleh guru yang anggotanya terdiri 4-5 orang siswa laki-laki dan perempuan. Selain rencana pembelajaran dan wacana/kliping, disiapkan juga lembar observasi dan catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Proses pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru mengawali membuka pelajaran dengan memberi salam kepada siswa, sementara peneliti menuju tempat yang tersedia. Setelah itu guru mengisi presensi dan jurnal kelas. Kemudian guru mempersiapkan fasilitas segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran. Selanjutnya, guru memberi penjelasan tentang pokok materi pelajaran yang dibahas. Selain itu guru juga menjelaskan mengenai tujuan dari pembelajaran tersebut.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti ini diawali dengan guru menyuruh siswa untuk kumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Suasana tampak gaduh karena siswa berpindah tempat duduk menyesuaikan kelompoknya masing-masing. Guru mengkondisikan suasana agar kembali tenang. Selanjutnya guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh siswa. Siswa dalam kelompoknya masing-masing diberi tugas untuk membaca. Dengan bekerja sama dalam kelompok siswa disuruh membuat resume dari kliping. Guru berkeliling ke setiap kelompok siswa untuk membimbing kerja kelompok.
3. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir pelajaran, guru melakukan tes akhir (post-test) dengan membagi lembar soal untuk dikerjakan siswa. Tujuan dari pemberian tes akhir ini adalah untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Jawaban tes akhir dan lembar hasil kerja kelompok dikumpulkan. Selanjutnya guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan tindak lanjut supaya siswa mempelajari materi pelajaran yang berkaitan dengan teks fungsional dan teks pendek.

c. Observasi Tindakan II
Selama proses belajar mengajar berlangsung, peneliti bersama guru melakukan pengamatan dan penilaian terhadap siswa. Adapun hasil pengamatan antara lain:
1) Hampir semua siswa terlibat dalam kerja kelompok.
2) Hampir semua siswa aktif menjawab pertanyaan dan berani bertanya kepada kelompok tentang materi pelajaran yang belum dimengerti.
3) Meskipun siswa sudah terbiasa dengan kerja kelompok, namun masih ada siswa yang tidak mau mengerjakan tugas kelompok, pada waktu kegiatan presentasi tidak aktif atau hanya diam saja.
4) Laporan akhir sudah baik, namun masih ada kelompok yang belum lengkap hasil laporannya.
5) Penerapan pembelajaran kooperatif pada kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir meningkat dan sudah mencapai kualifikasi cukup dan baik.
d. Refleksi Tindakan II
Langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan berdasarkan hasil temuan penelitian pada siklus II sebagai berikut:
1) Memberikan pujian yang dapat merangsang aktivitas siswa untuk lebih aktif dalam kerja kelompok maupun pada waktu presentasi.
2) Memberikan pertanyaan tuntunan dan acuan pada kelompok yang mampu berkomunikasi pada waktu presentasi hasil kerja kelompok.
3) Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan akhir hasil presentasi kerja kelompok.
4) Perlu peningkatan dalam penerapan pembelajaran kooperatif model CIRC.
Data tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model CIRC diperoleh melalui pengamatan atau observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar siswa yang diamati pada penelitian ini adalah aktivitas belajar ketika kerja kelompok dan aktivitas pada waktu presentasi.
C. Diskripsi Aktivitas Belajar Siswa
Data tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model CIRC diperoleh melalui pengamatan atau observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar siswa yang diamati pada penelitian ini adalah aktivitas belajar ketika kerja kelompok dan aktivitas pada waktu presentasi.
1. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I
Adapun hasil observasi pada siklus I ditinjau dari aktivitas belajar ketika kerja kelompok, aspek yang diamati keseriusan dalam kerjasama, kemampuan memecahkan masalah secara bersama, kemampuan mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok, dan kemampuan menyusun laporan hasil kerja kelompok.
Adapun hasil analisis peningkatan aktivitas belajar siswa dalam kerja kelompok selama pembelajaran kooperatif model CIRC dalam persentase dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Persentase Aktivitas Belajar Ketika Kerja Kelompok Siklus I
No. Aspek yang dinilai Skor Total
3 2 1 ∑
f f f %
1. Keseriusan dalam kerja kelompok 2 10 23 56 42,98
2. Kemampuan memecahkan masalah 3 17 18 61 53,51
3. Kemampuan mempertanggungjawabkan hasil 3 13 22 57 50,00
4. Kemampuan menyusun laporan hasil kerja kelompok 2 16 20 58 50,88
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut dapat diketahui bahwa pada siklus I siswa yang serius atau sungguh-sungguh dalam kerja kelompok mencapai 42,98% masuk dalam kategori kurang dengan sebaran sebagai berikut 3 siswa serius, 10 siswa sambil bergurau, dan 23 siswa tidak serius hanya diam saja atau pasif. Kemampuan memecahkan masalah mencapai 53,51% yang terdiri dari 3 siswa mampu dan selalu mengemukakan idenya, 17 siswa mampu tapi jarang mengemukakan idenya, dan 18 siswa tidak mampu dan tidak pernah mengemukakan idenya. Kemampuan mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok mencapai 50,00% yang terdiri dari 3 siswa mampu mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok artinya dapat menjawab dan mempertahankan hasil kerja kelompok, 13 siswa hanya dapat membantu tapi kadang-kadang, 22 siswa hanya diam dan tidak pernah membantu mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok. Sedangkan kemampuan menyusun laporan hasil kerja kelompok mencapai 50,88% yang terdiri dari 2 siswa (2 kelompok) mampu menyusun laporan dengan baik dan penulisan yang rapi, 16 siswa laporannya kurang lengkap dan 20 siswa laporan tidak lengkap dan tulisan tidak rapi.
Selanjutnya dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada siklus I keseriusan dalam kerja sama masih sangat kurang, kemampuan untuk memecahkan masalah juga masih sangat kecil, kemampuan mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok juga masih sangat sedikit, dan kemampuan menyususn laporan akhir juga masih banyak yang kurang lengkap. Dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa ketika kerja kelompok pada siklus I masih kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 4.1. Persentase aktivitas belajar siswa ketika
kerja kelompok pada siklus I

Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa ketika presentasi pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 16a. Adapun hasil analisis peningkatan aktivitas belajar siswa dalam kerja kelompok selama pembelajaran kooperatif model CIRC dalam persentase dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Persentase Aktivitas Belajar Ketika Presentasi Siklus I
No. Aspek yang dinilai Skor Total
3 2 1 ∑
f f f %
1. Keberanian untuk bertanya 3 14 21 58 50,88
2. Keberanian menjawab pertanyaan 3 17 18 61 53,51
3. Sikap pada waktu mengikuti presentasi 2 17 19 59 51,80
4. Keseriusan mengikuti pembelajaran - 20 18 58 50,90

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa pada siklus I siswa yang berani mengajukan pertanyaan pada waktu presentasi mencapai 50,88% terdiri dari 3 siswa selalu aktif bertanya, 14 siswa kadang-kadang bertanya, dan 21 siswa tidak pernah bertanya pada waktu presentasi. Keberanian menjawab pertanyaan mencapai 53,51% yang terdiri dari 3 siswa selalu mampu menjawab pertanyaan dari teman, 17 siswa hanya menjawab pertanyaan waktu kelompok presentasi, dan 18 siswa tidak pernah menjawab pertanyaan. Sikap pada waktu mengikuti presentasi mencapai 51,80% yang terdiri 2 siswa sikapnya sangat memperhatikan, 17 siswa kurang memperhatikan, dan 19 siswa acuh tak acuh atau tidak memperhatikan pada waktu presentasi. Keseriusan mengikuti pembelajaran mencapai 50,90% terdiri dari 20 siswa kurang serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 18 siswa tidak serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan tidak ada siswa yang serius atau sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada siklus I keberanian bertanya, menjawab pertanyaan, sikap dalam mengikuti pembelajaran, dan keseriusan dalam mengikuti pembelajaran masih sangat rendah. Dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa selama kegiatan presentasi masih kurang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada diagram berikut.


Diagram 4.2 Persentase aktivitas belajar siswa ketika
presentasi pada siklus I

2. Data Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model CIRC Pada Siklus I
Aspek yang diamati pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif model CIRC pada kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada setiap siklus. Pengamatan menggunakan lembar observasi dan hasil pengamatannya seperti pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model CIRC Siklus I
Tahap Kegiatan Skor % Nilai Taraf
Perolehan Max Angka Huruf
Awal
Inti
Akhir 6
20
8 10
35
15 60
57,14
53 3
3
3 C
C
C Cukup
Cukup
Cukup
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif model CIRC pada siklus I mencapai taraf cukup dimana pada kegiatan awal mencapai taraf cukup, kegiatan inti taraf cukup tetapi masih ada kegiatan yang kurang yaitu pemberian motivasi dan pengarahan pada siswa, sedangkan pada kegiatan akhir kurang dalam memberikan refleksi.
3. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II
Perolehan hasil pengamatan pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 15b. Hasil analisis peningkatan aktivitas belajar siswa dalam kerja kelompok selama pembelajaran kooperatif model CIRC dalam persentase dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Persentase Aktivitas Belajar Ketika Kerja Kelompok Siklus II
No. Aspek yang dinilai Skor Total
3 2 1 ∑
f f f %
1. Keseriusan dalam kerja kelompok 5 16 17 64 56,14
2. Kemampuan memecahkan masalah 5 22 11 70 61,40
3. Kemampuan mempertanggungjawabkan hasil 6 19 13 69 60,53
4. Kemampuan menyusun laporan hasil kerja kelompok 6 18 14 66 59,65
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut dapat diketahui bahwa pada siklus II siswa yang serius atau sungguh-sungguh dalam kerja kelompok mencapai 56,14% masuk dalam kategori cukup dengan sebaran sebagai berikut 5 siswa serius, 16 siswa sambil bergurau, dan 17 siswa tidak serius hanya diam saja atau pasif. Kemampuan memecahkan masalah mencapai 61,40% yang terdiri dari 5 siswa mampu dan selalu mengemukakan idenya, 22 siswa mampu tapi jarang mengemukakan idenya, dan 11 siswa tidak mampu dan tidak pernah mengemukakan idenya. Kemampuan mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok mencapai 60,53% yang terdiri dari 6 siswa mampu mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok artinya dapat menjawab dan mempertahankan hasil kerja kelompok, 19 siswa hanya dapat membantu tapi kadang-kadang, 13 siswa hanya diam dan tidak pernah membantu mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok. Sedangkan kemampuan menyusun laporan hasil kerja kelompok mencapai 59,65% yang terdiri dari 6 siswa mampu menyusun laporan dengan baik dan penulisan yang rapi, 18 siswa laporannya kurang lengkap dan 14 siswa laporan tidak lengkap dan tulisan tidak rapi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada siklus II ada peningkatan dalam keseriusan dalam kerja sama tetapi belum seberapa dari 42,98% menjadi 56,14%, kemampuan untuk memecahkan masalah meningkat tetapi masih sangat kecil yaitu dari 53,51% menjadi 61,40%, kemampuan mempertanggung-jawabkan hasil kerja kelompok meningkat tetapi juga masih sangat sedikit dari 50,00% menjadi 60,53%, dan kemampuan menyususn laporan akhir juga meningkat tetapi masih banyak yang kurang lengkap dari 50,88% menjadi 59,65%. Dari sini dapat diketahui bahwa dari siklus I dan siklus II aktivitas belajar siswa dalam kerja kelompok mengalami peningkatan tetapi belum seberapa.

Diagram 4.3 Persentase aktivitas belajar siswa ketika kerja
kelompok pada siklus II

Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada waktu presentasi pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 16b. Adapun hasil analisis peningkatan aktivitas belajar siswa dalam kerja kelompok selama pembelajaran kooperatif model CIRC dalam persentase dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Persentase Aktivitas Belajar Ketika Presentasi Siklus II
No. Aspek yang dinilai Skor Total
3 2 1 ∑
f f f %

1. Keberanian untuk bertanya 3 21 14 65 57,02
2. Keberanian menjawab pertanyaan 3 23 12 68 59,65
3. Sikap pada waktu mengikuti presentasi 2 25 11 67 58,77
4. Keseriusan mengikuti pembelajaran 2 26 10 66 57,90

Berdasarkan tabel 4.8 tersebut dapat diketahui bahwa pada siklus II siswa yang berani mengajukan pertanyaan pada waktu presentasi mencapai 57,02% terdiri dari 3 siswa selalu aktif bertanya, 21 siswa kadang-kadang bertanya, dan 14 siswa tidak pernah bertanya pada waktu presentasi. Keberanian menjawab pertanyaan mencapai 59,65% yang terdiri dari 3 siswa selalu mampu menjawab pertanyaan dari teman, 23 siswa hanya menjawab pertanyaan waktu kelompok presentasi, dan 12 siswa tidak pernah menjawab pertanyaan. Sikap pada waktu mengikuti presentasi mencapai 58,77% yang terdiri 2 siswa sikapnya sangat memperhatikan, 11 siswa kurang memperhatikan, dan 11 siswa acuh tak acuh atau tidak memperhatikan pada waktu presentasi. Keseriusan mengikuti pembelajaran mencapai 57,90% terdiri dari 2 siswa serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 26 siswa kadang-kadang serius dan kadang-kadang tidak karena sambil bergurau dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan 10 siswa tidak serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada siklus II keberanian bertanya, menjawab pertanyaan, sikap dalam mengikuti pembelajaran, dan keseriusan dalam mengikuti pembelajaran sudah mengalami peningkatan dari pada siklus I, namun masih belum maksimal. Dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa selama kegiatan presentasi meningkat.

Diagram 4.4 Persentase aktivitas belajar siswa ketika
presentasi pada siklus II
4. Data Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model CIRC Pada Siklus II
Aspek yang diamati pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif model CIRC pada kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada setiap siklus. Pengamatan menggunakan lembar observasi dan hasil pengamatannya seperti pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model CIRC
Tahap Kegiatan Skor % Nilai Taraf
Perolehan Max Angka Huruf
Awal
Inti
Akhir 7
23
11 10
35
15 70
65,71
73,33 4
3
4 B
C
B Baik
Cukup
Baik

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif model CIRC pada siklus II pada kegiatan awal mencapai taraf baik, kegiatan inti taraf cukup, dan pada kegiatan akhir baik. Hal ini berarti ada peningkatan pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif model CIRC dari siklus I.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa: Pembelajaran Bahasa Inggris siswa kelas X-A SMAN 1 Dongko Trenggalek dengan menggunakan model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sebagai berikut
1. Aktivitas belajar siswa ketika kerja kelompok melalui pembelajaran model CIRC dilihat dari aspek keseriusan dalam kerjasama, kemampuan memecahkan masalah, aspek kemampuan mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok, dan dari aspek kemampuan menyusun laporan hasil kerja kelompok mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II.
2. Aktivitas belajar siswa pada waktu presentasi selama mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model CIRC dilihat dari aspek keaktifan atau keberanian dalam bertanya, keaktifan atau keberanian dalam menjawab, sikap dalam mengikuti kegiatan presentasi, dan keseriusan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II.
3. Dari pelaksanaan pembelajaran hasil temuan penelitian selama proses pembelajaran, persentase keberhasilan pelaksanaan pembelajaran kooperatif model CIRC ditinjau dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
B. Saran-Saran.
Berkaitan dengan kesimpulan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat disam Bahasa Inggriskan sebagai berikut:
1. Saran Bagi guru
a. Agar aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SMAN 1 Dongko Trenggalek meningkat, sebaiknya temuan penelitian ini dapat digunakan acuan oleh guru Bahasa Inggris khususnya dan para guru mata pelajaran lain pada umumnya dengan menerapkan pembelajaran model CIRC.
b. Guru Bahasa Inggris hendaknya lebih termotivasi dalam hal: (1) menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, (ada ceramah, diskusi Jigsaw, TGT, STAD, CIRC, dsb), (2) menciptakan suasana belajar yang kondusif, (3) menggunakan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran, sebagai suatu upaya mengurangi verbalisme siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris.
2. Saran bagi sekolah
Bagi sekolah hendaknya dapat menginformasikan dan mengadakan pelatihan tentang model-model pembelajaran kooperatif, sehingga pembelajaran lebih efektif dan bervariasi khususnya bagi guru di SMA

DAFTAR RUJUKAN

Amin, dkk. 2005.Penerapan kegiatan Hands On Activity Dalam Pembelajaran Biologi Pokok Bahasan Ekosistem Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IC SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang. Malang: Lembaga penelitian Universitas Negeri Malang.
Arends. R.I 1997. Class Room Instructional and Management. New York: Mc Graw-Hill Book Campany.
Arthur, W., Chickering and Zelda, F., Gamson. 1987. Seven Principles for Good Practice. AAHE Bulletin 39: 3-7.
Box, Jeanie A., Little, David C. 2003. Cooperative Small-group instruction combined with advanced organizer and their relationship to self-consept and social studies achievement of elementary school students. Journal of Instructional Pshycology, Dec v30i4p285 (3). Universitas Negeri Surabaya Expended Academic ASAP.
Calderَn, M., Hertz-Lazarowitz, R., & Slavin, R.E. (1998). Effects of bilingual cooperative integrated reading and composition on students making the transition from Spanish to English reading.
Chotimah, Husnul. 2007. Model-model Pembelajaran untuk PTK. Yayasan Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Fatchan, Ach. 2004. Penelitian Tindakan Kelas dan Teknik Pembuatan Proposal. Malang: Lemlit-UM.
Harsiati, T . 2000. Meningkatkan Kemampuan dan Minat Siswa dalam Pembelajaran Menulis di SMP II malang. Laporan penelitian tidak diterbitkan. Malang: Lemlit Universitas Negeri Malang.
Heinich, R., Molenda., & Russel, I.D. 1982. Intructional Media and New Technology of Instruction. New York: John Wiley & Sons.
Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press.
Jasmine, Julia. 2007. Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. Bandung: Nuansa.
Kasdi,S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press.
Kemmis, S. Dan McTaggart, R. (Eds). 1988. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press.
Madden, NA., Slavin, R.E., and Stevens, R.J. 1986. Cooperative Integrated Reading and Comparison: Teacher’s manual. Johns Hopkin University, Center for Research on Elementary and Middle School.
Mursel, James I. 1954. Successful Teaching. New York : Mc Graw Hill Book Company.
Nasution, S. 1962. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Purwanto, Edy., dkk. Evaluasi Proses Dan Hasil Dalam pembelajaran. Malang: UM Press.
Rohman Natawidjaja, Dr. 1985. Cara Belajar Siswa Aktif dan Penerapannya Dalam Metode Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Samidjo. 1994. Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti P3MTK.
Sekarnyana, I Wayan. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdiknas-Dirjen Dikdasmen-Proyek Peningkatan Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Soedarsono, F.X. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti-Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan pengembangan Aktivitas Instruksional.
Tukidjan, E. 2002. Strategi PenyamBahasa Inggrisan Isi Pembelajaran IPS di Taman Muda (Sekolah Dasar) Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta. Tesis Program Studi Teknologi Pembelajaran Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Winkel, W. S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar